tidak menentang kehendak pencipta

Pilihan Cerdas

Selasa, 31 Januari 2012

Sinar dalam Toples

Sepertinya aku mengalami hal yang sama, hal yang biasa aku lakukan setiap kali ku regangkan otot-otot kelopak mataku. Berusaha menahan tabrakan ribuan cahaya yang ingin mencapai retinaku. ketika itu memori otak ku bergerak, merekam segala cahaya yang tertabrak dengan cepat dan empuk di dinding-dinding retina.

Secara perlahan cahaya ini di pilah-pilah oleh otakku. Aku dapat membedakan kesemua warna, tapi hanya sebagian warna yang aku ketahui. Ku tolehkan kepalaku ke samping kiri, hanya dinding warna cream yang ada. Di depanku hanyalah atap beton yang dihiasi dua lampu neon yang bergelantungan seperti buah dalam pohonya, memancarkan cahaya putih tegas keseluruh penjuru sudut ruangan.

Aku baru sadar, tubuhku sedang terlentang di pinggiran ruang ini, ruang kesekertariatan pers kampus UNS. Ruang yang keseharianya selalu dihiasi oleh mahasiswa-mahasiswa sok kritis, sok idealis, sok pragmatis, sok alim, dan terlebih sok pintar. Hanya bualan dan gombalan manis dari mulut-mulut mereka, termasuk aku. Biar kita sok-sok an ala apa yang kita minta, karena dengan sok-sok an seperti ini adalah harapan-harapan kami, impian-impian kami tentang masa depan yang kami idamkan, do’a kami untuk mengabulkan apa yang kami inginkan.

Ku tegakkan tulang punggungku tegak lurus dengan kedua kakiku yang membujur lurus ke dapan. Di sampingku hanya notebook yang menemani tidurku dengan setia. Dengan layar yang seakan tak lelah terus menyinari apa yang di depanya sambil mengumandangkan playlist kesukaanku, lagu akustik-akustik dari beberapa penyanyi asing. Mengantar tidurku di hari kemaren.

Di luar langit masih menyimpan misterinya, misteri yang tak seorangpun dapat mengira akan gelap pekat di dalamnya, hanya kerlap-kerlip bintang yang memberikan inspirasi ketika aku memandang luasnya sang langit. Jikalau aku temukan bulan kali ini, teringatlah aku pada seorang wanita muda yang membuatku seakan sedang mengalami skizofernia. Seolah aku sekarang berbincang di hadapanya. Dengan anggun memandangku, memperhatikanku, dia memang Wanita dengan pancaran wajah yang bersih, ayu dan lembut. Tapi tidak aku jumpai bulan hingga gelapnya malam tergerus perlahan oleh tegasnya sinar mentari.

Warna kuning telur bebek dan kemudian terus menguning, hingga menyingkirkan cahaya-cahaya kerlip bintang. Andai langit terus seperti ini, dimana cahaya mentari tidak memenuhi gelapnya langit, ketika bintang masih bisa turut menghiasi langit, dan ada bulan bersolek indah di ujung barat, sedangkan rona kuning telur bebek tetap di ujung timur. Ingin kumiliki suasana ini sebagai koleksiku, kuwadahi dalam toples kecilku. Toples yang kemanapun aku bawa. Mengganti isinya dengan kesemua yang aku lihat sekarang.

Berulang kali ku buka toplesku, namun tidak terengut cahaya-cahaya yang aku inginkan. Cahaya bintang, kuning telor bebek dalam gelapnya warna langit. Mungkin toplesku tidak muat untuk menampung kesemuanya. Aku harus mencari toples yang lebih luas, melebihi luasnya bintang, luasnya bulan, luasnya langit dan luasnya bumi.

Kemanakah aku dapat membeli toples semacam itu, di toko manakah terjual? Apakah di toko orang-orang cina pasar gedhe? Atau toko barang-barang antik ngarsopuro? kalaupun ada, uangkupun tak cukup untuk membelinya. Dalam dompetku hanyalah ada selembaran uang berhias di tengah foto Oto Iskandar Dinata. Seorang pahlawan yang lantang berani mengkritik pemerintahan belanda dengan pedas, hingga si jalak harupat menjadi julukanya ketika itu.

Mungkin aku harus mengurungkan niat untuk membeli toples semacam itu. Tapi, bukanya aku punya sebuah penampung akan segalanya, melebihi kecanggihan kantong ajaib doraemon, melebihi luasnya bintang, luasnya matahari, luasnya bulan, luasnya langit. Batasan dari wadah yang aku miliki tidaklah Nampak, bagiku batasan dari wadah itu adalah ketidak berbatasan, dan hanyalah diri kita yang tahu batasan itu, bersama sang pencipta. Yang terbenam lebih luas dari pada yang terlihat, begitu Sigmund freud menganalogikannya dengan fenomena gunung es. Dialah pikiran ku, pikiran seorang kecil dengan angan-angan masa depan yang besar.

graha ukm uns, Autis
Jum’at, 27 Mei 2011

Tidak ada komentar: