tidak menentang kehendak pencipta

Pilihan Cerdas

Rabu, 26 Mei 2010

tugas resume seminar nasional ptk mei 2010.

Gelar Guru Bukan Keharusan, Karakter Guru Keharusan
“Sebuah profesi yang maha karya adalah guru. akan tetapi gelar saja tidak cukup, karakter seorang gurupun juga harus dimiliki”
Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia memang seperti menguntai benang kusut. Tak jelas nanti ujungnya. Dari awal terlihat dan seterusnya ketidak jelasan, dan realisasinya adalah kekusutan benang itu. Tidak banyak yang terealisasikan, hanya sebatas wacana pendidikan para kaum terdidik. Ada wacana akan terealisasikan, jika memang disetujui oleh orang yang berhak menyetujui semua kebijakan di negara ini.
Teringat cerita dari negri sakura paska kalah melawan sekutu sebelum menyerah, pertanyaan utama sang kaisar pada saat itu, ”berapa banyak guru kita yang masih hidup?”. bukan sebuah keanehan di dalam pertanyaan tersebut, melainkan penuh makna visioner. Bangsa yang maju adalah bangsa yang unggul dalam dunia pendidikan. Begitulah pepatah berbicara. Maka ilmu menjadi sesuatu yang sangat mahal harganya, walaupun dalam wujud yang abstrak sekalipun. Siapakah orang yang paling berperan dalam proses pendidikan? Salah satunya telah terbicarakan di atas, yaitu guru.
Pemahaman sederhana mengenai seorang guru dalam falsafah jawa adalah “digugu lan ditiru”. Yang maksutnya adalah menjadi touladan dan panutan. Secara rasional bahwa guru harus menjadi seorang yang mampu mempertanggungkan moral pendidikan. Karena bila guru kencing berdiri maka murit kencing berlari.
Oleh karena itu guru harus memiliki sebuah karakter yang kuat. Karakter dalam artian memiliki sebuah kecakapan dan menguasai kompetensi dalam bidangnya. Juga mampu memfasilitasi, membimbing peserta didik agar dapat menjadikan bangsa yang cerdas, tidak dibodohi oleh bangsa lain.
Pendidikan adalah awal mula terbentuknya sebuah kebudayaan. negara kita kaya akan kebudayaan dan masih sedikit yang tertuliskan dengan patenan. Sudah banyak kebudayaan kita di klaim oleh negara lain. Hal ini karena pendidikan kita masih rendah. Mengutip iklan layanan televisi, ” aku ingin sekolah yang tinggi, agar dapat membantu ibu. Tapi, membaca saja aku susah”. Membaca memang sebuah pintu pertama dalam meraih ilmu. Namun bagaiman minat baca masyarakat Indonesia? Janganlah diperbincangkan terlalu lama, katakanlah bawasanya masyarakat di negara kita masih kalah dengan negara yang mengeklaim kebudayaan kita.
Menumbuhkan kebudayan belajar secara kondusif, seperti belajar reguler di kampus, dalam grub diskusi, ataupun dalam belajar kelompok, adalah gampang-gampang susah. Mudah jika niatan dalam diri setiap individu pelajar mau dan mau. ”saya butuh orang yang mau, bukan orang yang mampu, idealnya orang itu mau dan mampu” papar Prof. Kumaidi, Ph.D ”Guru Besar Fakultas Psikologi UMS, yang juga alumni PTM FKIP UNS”.
Realita yang ada adalah tidak mau dan ogah-ogahan. Bagaimana negara ini akan menjadi negara yang maju? Berkembang terus adanya. Tugas yang diberikan pengajar katakanlah guru, karena teknologi-teknologi digital yang berkembang pesat, sehingga begitu mudahnya di copy dan di paste oleh peserta didiknya. Dan terkadang guru memberikan toleransi. Esensi dari tugas adalah sebuah proses pemahaman lanjutan yang ditujukan kepada peserta didik baik mandiri ataupun kelompok. Sebenarnya tidak menjadi masalah ketika tugas copy dan paste, asalkan peserta didiknya telah paham mendalam dengan materi yang diberikan. Tugaspun menjadi fortofolio pengajaran, dan misi gurupun selesai.
Proses copy dan paste memang tidak mendidik, dikarenakan akan membuat peserta didik bergantung kepada teman sekelas yang diandalkanya. Kembali kepada maksut pemberian tugas, jika memang telah mendapatkan maksut pemberianya, maka seperti di atas, jadilah fortofolio pengajaran. Jika memang proses yang dinilai dan hasil akhir yang menentukan, maka copy paste dengan pemahaman dan yang dicopy paste boleh dikatakan lolos kompetensi seharusnya.
Guru yang bijak dan berkarakter adalah guru yang bisa memahami kondisi siswa. Baik secara kognitif, psikologi, dan moral. Jika memang terpenuhi, berkemungkinan besar negara kita menjadi negara maju, dengan sumber daya manusia-manusia yang terdidik.
Hudzaifah
(K2507020)