tidak menentang kehendak pencipta

Pilihan Cerdas

Rabu, 25 Juni 2008

Sesuatu yang BERHARGA

PENDAHULUAN

Aku yang sekarang masih bergulat dengan buku, dan mendambakan masa depan yang cerah, apakah nanti setelah semua mimpi-mimpiku tergapai akan datang sebuah kecerahan hidup yang bertahan lama? Jawaban itu mungkin akan sangat mudah kita jawab ketika kita telah melewati masa-masa tersebut. Jika dikatakan demikian, satu dari ribuan keinginanku selama menghirup udara selama ini adalah aku tidak ingin berucap bertemakan tentang sebuah penyesalan pada hari esok. Untuk itu aku ingin dalam proses belajar mencurahkan pikiran dengan huruf-huruf yang mungil ini berusaha menerawang layaknya peramal ke masa depan. Mencari penemuan dalam pikiran yang berdasar atas rasio belaka. Akupun tidak mau disebut sebagai seorang dukun atau peramal. Di akhir tulisanku kali ini mengapa harus aku selipkan hal yang menyinggung sebuah rukhani keagamaan, dalam buku yang berjudul psikologi kematian (maaf pengarangnya aku lupa) dikatakan jika kita berfikir dengan akal atau rasio kita maka tidak akan menemukan titik ujung, melainkan akan berputar-putar layaknya bumi yang sedang berotasi, dan pada akhirnya akan menuai sebuah kehampaan dan hancur (kematian).

Masa Yang Kudambakan

Masa yang ingin aku bahas adalah ketika aku sudah bekerja sesuai dengan profesi yang aku dambakan, dan selanjutnya bagaimana? Apakah mengalir menuruti arus yang ada? Apakah tidak ada suatu hasrat yang lain? Dan ketika menemukan titik jenuh, bagaimanakah tindakan ku nanti?

Dari hal-hal tersebut aku berfikir bahwa walaupun kita sudah dapat mencapai mimpi-mimpi, ternyata kita belum mencapai suatu kebahagiaan. Kebahagiaan yang seperti apa yang kita dambakan? Setiap orang mungkin cenderung berbeda karena tingkat kebutuhan tiap-tiap pribadi seseorang berbeda, dan karena berbeda rasa kebahagiaan seseorang berwarna-warni. Ada juga yang mngatakan kebahagiaan seseorang bersifat relatife.

Dari pernyataan di atas aku mencoba untuk bertanya kepada belasan orang sahabat baik ku dengan sms. Kecenderungan dari jawaban mereka adalah ingin menyempurnakan kehidupan dengan ikatan suami-istri yang syah. Ada juga yang ingin menolong orang dengan gaji sendiri dan sekolah dengan uang saku sendiri (mandiri), menjadi mahluk yang bersyukur dan menjadi lebih baik, mendalami profesinya seperti menjadi penyiar radio, psikolog berjiwa social dan suka membantu sesama, ingin menjadi yang terbaik di instasinnya. Dan selanjutnya menjawab pertanyaan jika mendapati titik jenuh, maka jawaban mereka cenderung kepada kebutuhan apa yang dibutuhkan masing-masing untuk mengembalikan kebahagiaan mereka kembali. Ada yang ingin liburan, petualangan,menyendiri, mengarang, meminta pasangan hidup untuk membangkitkan semangatnya kembali dan mengingatkan ketika salah, refresing berbagai cara, mengingat masa lalu dan bersilaturahmi kemudian kembali kemasa sekarang, dan masih banyak keinginan mereka yang lain. Semua tergantung kepada tingkat kebutuhan mereka masing-masing.

Memang sangat menyenangkan bagiku bertanya demikian. Selain menambah rasa keakraban dalam hubungan persahabatan, akan tetapi juga dapat mengetahui rencana atau planning sahabat-sahabat baik ku. Dan sekali lagi aku tidak mau disebut dukun atau peramal.

Dan tentunya jika pertanyaan tersebut di kembalikan kepada pembuatnya, yaitu aku sendiri, jika pembaca yang budiman ingin mengetahui maka pembaca dapat menggambarkan sosok Hudzaifah Masa Kini itu bagaimana. Dan jangan salah jika mendapati aku tidak seperti apa yang aku tulis dan katakan. Karena sebuah teori dirasakan sangat mudah, dan praktek cenderung sulit. Dalam praktek dibutuhkan tenaga yang lebih karena bukan hanya tenaga untuk berfikir, melainkan tenaga untuk mengatur gerakan fisik kita, perlu adanya greget[1]. Sehingga dapat mensiasati hal-hal yang terjadi yang mungkin tidak kita duga karena memang diluar perhitungan dari teori kita. Atau memang hal tersebut sesuai dengan teori kita akan tetapi sulit bagi kita meluweskan gerakan-gerakan serta irama fisik kita.

Kembali kepada jawabanku yangmerupakan keinginanku. Pada awalnya aku tidak mempunyai suatu misi atau visi. Bagaimanapun hari esok akan aku libas sesuai dengan serat dan alur yang muncul dan mengalir begitu saja. Hal ini pernah aku katakan kepada salah satu sahabatku yang sekarang menjalani studinya di fakultas kedokteran UNS (Universitas Sebelas Maret) jurusan Psikologi. Aku di tegur dengan tegas, disimpulkan olehnya bahwa aku lebih menyukai kesenangan terlebih dahulu kemudian menikmati kepahitan, karena buta arah hanya dapat mengikuti arus yang mengalir, dan bukan sifat pemuda yang lantang menantang arus untuk menemukann jati diri. Mulai saat itu aku berfikir sejenak, apakah benar pernyataan sahabatku tersebut? Setelah lama aku berfikir dan membayangkan hal yang terjadi di masa depan dengan berusaha menolak pernyataan tersebut, akan tetapi hasilnya mengapa aku tidak dapat menghindar dari pernyataan tersebut, kepahitan yang akan aku dapatkan. Tidak dapat menggunakan sebuah momentum atau peluang dengan maksimal. Oh……. Aku tak ingin demikian dan berucap yang bertemakan sebuah penyesalan.

Sesuatu Yang Berharga Apaantu?

Hasrat dalam pikiran hatiku timbul dengan tiba-tiba, aku ingin menemukan sesuatu yang berharga. “Awalnya apakah sesuatu yang berharga itu? Pokoknya yang dapat memberikan arti dalam kehidupanku,” pemikiranku saat itu. Dan pada saat tiu aku belum mengetahui wujud sesuatu yang berharga tersebut. Apakah seorang istri yang solikhah? Harta yang berlimpah ruah? Jabatan yang tinggi? Penghargaan atas hasil penelitian? Rekor dunia? Atau yang lainya.

Setelah aku melakukan berbagai hal, ternyata timbul pemikiran bahwa semua hal diatas tidaklah berarti sama sekali. Lalu apa yang dimaksut dengan sesuatu yang berharga? Aku bingung.

Harta yang bergelimang tidak akan berarti jika kita mati, dan hanyalah berarti kepada generasi penerus kita. Begitu pula dengan istri yang solikhah, jabatan, penghargaan, akan tidak berarti jika kita mati.

Untuk itu apa hakikat sesuatu yang berharga tersebut? Aku terus berfikir dengan memaksimalkan otakku yang tergolong lemot. Setelah lama berfikir aku mencoba menebak apakah sesuatu yang berharaga itu? Amal baik kitakah? Keteguhan iman kitakah? Sepertinya hal tersebut yang dikatakan sesuatu yang berharga, akan tetapi menurutku bukan. Banyak orang berbuat kebaikan dan berjiwa sosial akan tetapi belum tentu akan mendapatkan sebuah amal kebaikan dari Tuhan YME. Dan belum dapat dipastikan juga orang tersebut telah mencapai tingkat keimanan yang sempurna.

Kembali kepada pertanyaan apakah yang dimaksut sesuatu yang berharga tersebut? Selang beberapa hari ketika aku bangun dari tidur siang secara tidak sengaja kutemukan jawaban tersebut. Sesuatu yang berharga tersebut merupakan sebuah keridloan Allah kepada hambanya. Jika ditanyakan harganya maka, andai bumi beserta isinya semua menjadi emas maka hal itu tidaklah seberapa dari harga tersebut.

Jika keridloanNya telah kita dapatkan, dengan harta yang sedikit, tanpa jabatan, dan penghargaan tentu karena keridloanNya istri kita adalah istri yang solikhah tidak sulit untuk memilih. Dan selanjutnya adalah kebahagiaan akan datang dengan sendirinya, baik kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan di akhirat kelak.

Bagaimana caranya untuk memperoleh keridloa Allah? Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa keridloan Allah terdapat pada keridloan orang tua yang baik. Secara logika sebagai manusia, naluri manusia ataupun dalil ilmiah dan dalil suci berbakti kepada kedua orang tua yang telah merawat dan membesarkan kita hukumnya adalah wajib. Hal lain untuk mendapatkan keridloan Allah jika orang tua kita sudah tiada adalah terus berdo’a agar setiap gerakan kita diridloi oleh Allah SWT, dan tidak mengharapkan hal lain kecuali keridloanya. Mengapa harus dengan cara berdo’a? tidak adakah cara lain? Nabi Muhammad bersabda bahwa do’a adalah senjata pamungkas orang miu’min ketika telah berusaha dengan sekuat tenaga. Proses ini terkenal dengan istilah ihtiar.

Seperti halnya kita yang telah meakukan dosa besar[2]. Jika kita telah berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan dan kommitment tidak akan mengulanginya serta meyakinkan langkah kita selanjutnya hanyalah mencari keridloanNya, insya Allah akan diridloi. Kebahagiaan dunia akherat akan kita dapatkan atas ijinya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Untuk pembaca yang budiman, maafkan aku jika aku dirasa menggurui atau menceramahi. Karena ilmuku tidak begitu seberapa, aku hanya ingin berusaha belajar menuangkan pemikiranku tentang arti sebuah kehidupan. Dan sementara hidupku belum dapat mempunyai arti dan belum sesuai dengan apa yang semestinya tertuang dalam tulisan di atas. Akhir kata kuucapkan

“MAAF”



[1] Bahasa jawa dari niat dan tekat tinggi.

[2] Dosa besar seperti, membunuh muslim yang tidak berdosa, berzina dan durhaka kepada orang tua.