tidak menentang kehendak pencipta

Pilihan Cerdas

Rabu, 08 Februari 2012

Tentang Kebahagiaan



Hari ini, tepatnya hari kamis, hari setelah hari rabu yang pada awalnya menurut perkiraanku merupakan hari yang nantinya akan membuatku bahagia ternyata mungkin lain arti sebuah kebahagiaan itu. Bahagia itu seperti apa? Pertanyaan yang detik ini muncul dalam pikiranku sekarang. Ingatanku melayang membawa kepada sebuah film yang bagiku sangat menyentuh. Film yang menceritakan tokoh utama seorang ayah yang berjuang demi keluarga tercinta hanya berdasarkan pekerjaanya sebagai agen tunggal penjual pemindai tulang mutakhir ketika itu. Berawal dari kepercayaan bahwa semua dokter-dokter di rumah sakit nantinya akan memakai pemindai tulang tersebut karena karakteristik pemindai tulang tersebut yang unik dan dengan teknologi mutakhir. Namun ternyata, kepercayaan seorang ayah tersebut pudar setelah menjual pemindai tulang kepada beberapa dokter dikarenakan para dokter mengamini pemindai tersebut hanyalah peralatan yang tidak vital dan mahal. Kesulitan menjual pemindai membuat jatuhnya keutuhan keluarganya. Hingga akhirnya istrinya menyatakan pisah dengan sang ayah dan anak laki-lakinya yang masih kecil. Perjuangan sang ayah pun masih diuji untuk menghidupi anaknya dengan persediaan uang yang sangat minim. Hampir setiap hari di hujat oleh pemilik kontrakan dan sewa rumah karena terlambat dan sering melarikan diri karena tidak ada uang untuk membayar sewa. Pengalaman yang paling getir adalah ketika sang ayah sudah tidak memiliki uang sepeserpun juga tidak mendapat tempat bermalam bagi glandangan yang disediakan oleh gereja, dan akhirnya memutuskan diri untuk tidur di dalam toilet stasiun dan mengancingnya dari dalam. Suatu hari sang ayah mencoba untuk mencari pekerjaan dan mendaftar untuk magang di sebuah perusahaan pialang saham. Berbagai ujian ketika penataran dilaluinya dan akhirnya atas kerja kerasnya dia diterima sebagai peserta tunggal magang kerja di perusahaan pialang saham tersebut. ingatkah dengan film “The Pursuit of Happyness”? itulah film yang aku ceritakan diatas.

Kisah dari film itu menurutku adalah sebuah kisah tentang sebuah kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan itu pertama tidak datang dengan sendirinya, kebahagiaan itu datang atas undangan kita, sekali lagi tidak semata-mata akan datang dengan sendirinya. Kedua, kebahagiaan itu diciptakan dari beberapa hal yang mungkin tidak mengenakkan, kesengsaraan, penderitaan. Ketiga, hadirnya kebahagiaan itu harus melalui berbagai usaha yang penuh keyakinan akan hadirnya kebahagiaan. Keempat kesabaran akan menuntun datangnya kebahagiaan dengan sangat menggembirakan.
Yang paling menarik dari film itu adalah ketika sang ayah mengalihkan kesengsaraan yang sedang dialaminya dengan bahasa penuh muatan pendidikan anak usia dini sehingga menjadi sesuatu yang menyenangkan dan penuh tantangan bagi anaknya, baik ketika diusir, ketika anaknya tidak bermain lagi di tempat penitipan anak, ketika harus bersabar mengantri untuk mendapat penginapan gratis bagi glandangan yang disediakan oleh gereja, ataupun ketika harus terpaksa tidur di toilet karena tidak mendapat penginapan gratis tersebut.
Mungkin sekedar share saja tentang kebahagiaan kali ini kawan.